Jumat, 16 Mei 2008

MAKALAH SITUS TEKIN

MAKALAH TENTANG

BAHAN SITUS TEK – IN


Disusun oleh :

Lia Nurliyawati

Kelas : XII IPA 2

Alamat : Jln. Warga Baru RT. 06 RW. 02 Ds. Ciwareng Kec. BBC

MADRASAH ALIYAH NEGERI I PURWAKARTA

Jl. Veteran No. 299 Telp. (0264) 201723

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, berkat limpahan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah yang akan dijadikan bahan situs ini.

Makalah ini dirancang untuk memberikan arahan dan tuntutnan bagi saya untuk menyusun situs. Isi makalah ini bersumber dari berbagai buku, guru dan media lainnya.

Terakhir, ucapan terima kasih saya kepada semua sumber yang membantu penyusunan makalah ini. Saya berharap makalah ini dapat membantu saya dalam mengerjakan tugas selanjutnya.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Makalah ini disusun guna melengkapai sebagian dari tugas yang telah diberikan.

Pada makalah ini kita dapat lebih tahu sebagian pelajaran yang sudah dibahan contohnya : jenis karangan, kalimat aktif, silogisme dan lain-lain, yang bisa kita jadikan sumber untuk belajar. Materi dalam makalah ini dikemas dengan bahasa yang komunikatif sesuai dengan tingkat pemahaman kita.

2. Manfaat

- Dapat membantu kita dalam memahami materi

- Menambah pengetahuan dan wawasan

- Mendapat pelajaran baru

3. Tujuan

- Mengajak kita lebih aktif dan cepat menguasai materi

- Memberi corak berbeda yang positif dalam kehidupan sehari-hari

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................. i

Pendahuluan...................................................................................................................... ii

Daftar Isi........................................................................................................................... iii

Kompetensi 3.................................................................................................................... 1

A. Jenis Karangan

B. Silogisme

C. Pola Pengembangan Paragraf

D. Kata Baku, Kata Tidak Baku dan Kata Serapan

E. Kalimat Utama dan Kalimat Penjelas

F. Kata Ulang (Redupikasi)

G. Kata Penghubung

H. Imbuhan ter-

I. Frase

J. Kalimat Aktif dan Kalimat Pasif

K. Kalimat Minor, Mayor, Lansung, Tidak Langsung

L. Kalimat Majemuk

Penutup............................................................................................................................. 19

Daftar Pustaka................................................................................................................... 20

Latihan Soal...................................................................................................................... 21

JENIS KARANGAN

A.

1. Narasi atau Cerita

Narasi atau cerita adalah suatu bentuk karangan yang serangkaian kejadian yang ditata berdasarkan urutan waktu. Dalam karangan jenis ini umumnya ada pelaku, peristiwa, konflik dan penyelesaiannya.

Dalam membuat karangan jenis narasi perlu diperhatikan :

a. Mampu membuat ide cerita yang baru

b. Dapat menerapkan penokohan yang tepat

c. Dapat mengutarakan gaya cerita yang baik

d. Dapat menggunakan gaya bahasa yang pas

Karangan narasi biasanya dibangun dari beberapa aspek yang saling berkaitan. Aspek-aspek itu adalah :

a. Tema (ide cerita)

b. Plot (jalan cerita)

c. Setting (tempat terjadinya cerita)

d. Penokohan (tokoh-tokoh dalam cerita)

e. Suspense (episode cerita)

f. Point of view (gaya cerita)

2. Deskripsi atau Lukisan

Deskripsi atau lukisan adalah suatu jenis karangan yang melukiskan perilaku seseorang, suatu keadaan, suasana suatu peristiwa, atau suasana tempat tertentu. Dalam karang yang dilihat, dirasa, didengar, maupun melukiskan sesuatu yang dilihat, dirasa, didengar, maupun yang dialaminya dengan baik dan berkesan hidup.

Langkah-langkah dalam menyusun karangan deskripsi adalah :

a. Menentukan topik atau tema karangan

b. Menetapkan tujuan

c. Mengadakan pengamatan di lokasi

d. Mengumpulkan bahan

e. Membuat kerangka karangan

f. Menggabungkan kerangka (memulai proses penulisan)

3. Eksposisi atau Paparan

Eksposisi adalah suatu bentuk karangan yang memaparkan sebuah gagasan atau ide dengan memberikan keterangan atau penjelasn yang detail. Dalam karangan ini umumnya berisi penjelasan atau pemaparan pokok masalah yang dapat memperluas pengetahuan pembaca.

Langkah-langkah dalam penyusunan karangan eksposisi adalah :

a. Menentukan topik paparan

b. Menentukan tujuan paparan

c. Membuat kerangka karangan

d. Mengembangkan kerangka karangan

4. Argumentasi

Argumentasi adalah jenis karangan yang berusaha memberikan alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian atau gagasan. Jenis karangan ini bersifat obyektif, karena berisi gagasan atau ide yang dilengkapi bukti-bukti kesaksian yang dijalin menurut proses penalaran yang kritis dan logis, dengan tujuan mempengaruhi atau menyakinkan pembaca untuk menyatakan persetujuannya.

Langkah-langkah dalam menyusun karangan argumentasi adalah :

a. Membuat topik terlebih dahulu

b. Menetapkan tujuan karangan

c. Melakukan observasi lapangan

d. Membuat kerangka karangan

e. Mengembangkan kerangka karangan

f. Membuat kesimpulan

5. Persuasi

Persuasi adalah karangan yang mengutarakan bukti-bukti yang kuat dan bertujuan mengajak, membujuk dan mempengaruhi pembaca agar mau bertindak sesuai yang diharapkan penulis. Karangan ini disampaikan dengan cara-cara tertentu, bersifat ringkas, menarik, ada penjelasan, bukti dan fakta. Penulis berharap dapat mempengaruhi pembaca sehingga dia tersugesti oleh isi bacaan tersebut.

Jenis karangan persuasi dapat dilihat pada khotbah, iklan (promosi). Propaganda dan sebagainya. Adapun langkah-langkah dalam pembuatan karangan persuasi adalah :

a. Menentukan topik atau tema persuasi

b. Menetapkan tujuan persuasi

c. Mengadakan pengamatan terhadap objek sasaran

d. Membuat kerangka karangan

e. Mengembangkan kerangka karangan

f. Membuat kesimpulan.

SILOGISME

A.

Dalam menarik suatu kesimpulan sering digunakan penalaran yang dinamakan silogisme. Silogisme adalah suatu argumen yang bersifat deduktif yang mengandung tiga proporsi kategori yakni dua premis dan satu kesimpulan. Masing-masing premis itu yakni premis mayor (premis umum) biasanya disingkat PU dan premis minor (premis khusus) bisanya disingkat PK.

Kriteria silogisme sebagai barikut :

Premis Umum (PU) : Menyatakan bahwa semua anggota golongan tertentu (semua A) memiliki sifat atau hal tertentu (=B)

Permis Khusu (PK) : Menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang itu (=C) adalah golongan tertentu itu (=A)

Kesimpulan (K) : Menyatakan bahwa sesuatu atau sesorang itu (=C) memiliki sifat atau hal tersebut pada B (=B)

Silogisme ini bagian dari penalaran deduksi. Jika dirumuskan sebagai berikut :

PU : A = B

PK : C = A

K : C = B

A = semua anggota golongan tertentu

B = sifat yang ada pada A

C = sesorang atau sesuatu anggota A

Contoh :

Silogisme salah yaitu silogisme yang salah satu premisnya salah atau mungkin penalarannya salah, maka kesimpulannyapun tentu akan salah sehingga penarikan kesimpulannya sering tidak logis dan tidak dapat dipercaya kebenarannya.

Contoh :

PU : Prasetyo pelajar teladan

PK : Prasetyo putra seorang guru

K : Putra seorang guru pasti pelajar teladan

Entimem adalah silogisme yang dipersingkat. Disaat tertentu orang ingin mengemukakan sesuatu hal secara praktis dan tepat sasaran.

Contoh :

PU : Semua orang ingin sukses harus belajar dan berdoa

PK : Lisa ingin sukses

K : Lisa harus belajar dan berdoa

Rumus Silogisme Entinem : C = B karena C = A.

POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF

Penalaran adalah suatu cara berfikir secara tepat, runtut, dan logis untuk mengarah pada kesimpulan yang akurat. Dalam mengemukakan suatu pendapat atau mengambil kesimpulan, pengetahuan ini sangat penting. Pengetahuan ini diperlukan untuk membantu kita menata argumen-argumen yang dikemukakan. Hal ini untuk memudahkan pembaca menerima suatu masalah yang dipaparkan disebabkan pengaturan pikiran yang sangat logis.

1. Penalaran Induksi

Penalaran induksi adalah penalaran yang dimulai dari peristiwa-peristiwa yang khusus kemudian beranjak ke peristiwa yang sifatnya umum. Secara umum penalaran induksi dibagi menjadi tiga, yaitu :

a. Penalaran Generalisasi

Penarikan penalaran berdasarkan data yang sesuai dengan fakta (data). Fakta atau data dapat diperoleh melalui penilaian, pengamatan, atau hasil survei. Jumlah data atau fakta khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili. Jenis penalaran ini dimulai dengan mengemukakan peristiwa-peristiwa yang khusus kemudian menuju peristiwa-peristiwa yang umum.

b. Penalaran Analogi

Penalaran ini membandingkan dua hal yang berbeda, tetapi memiliki kesamaan. Berdasarkan banyaknya kesamaan tersebut ditariklah suatu kesimpulan. Penalaran jenis ini berdasarkan dari dua peristiwa khusus yang mempunyai kesamaan satu dengan yang lain untuk diambil kesimpulan : apakah apa yang berlaku pada satu hal itu berlaku pada sesuatu hal lainnya.

c. Penalaran Sebab Akibat

Penalaran dimulai dengan mengemukakan fakta berupa sebab kemudian disusul dengan kesimpulan yang berupa akibat. Penalaran jenis ini dimulai dengan mengemukakan peristiwa-peristiwa sampai dengan kesimpulan peristiwa itu merupakan akibat dari suatu fenomena. Penalaran Induksi hubungan sebab akibat dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1) Hubungan Sebab Akibat

Pertama-tama dikemukakan peristiwa-peristiwa yang menjadi sebab, sampai kemudian pada kesimpulan yang menjadi akibat.

2) Hubungan Akibat Sebab

Pada awalnya dikemukakan peristiwa yang menjadi akibat selanjutnya dikemukakan peristiwa-peristiwa yang menjadi penyebabnya.

3) Hubungan Sebab Akibat 1 – Akibat 2

Dalam hubungan ini dikemukakan sebab dapat menimbulkan lebih dari satu akibat. Akibat yang pertama dapat menjadikan sebab yang akan menimbulkan akibat yang kedua dan seluruhnya.

2. Penalaran Deduksi

Penalaran deduksi adalah penalaran yang dimulai dari peristiwa-peristiwa yang umum mengarah pada kesimpulan yang khusus. Penalaran jenis ini dapat digambarkan dengan diagram berikut :




Premis adalah suatu pernyataan yang berguna sebagai dasar dalam penarikan kesimpulan. Dalam penalaran deduksi menarik kesimpulan dapat dengan cara :

a. Menarik kesimpulan dari satu premis :

Contoh :

Premis : Semua siswa SMA memakai seragam abu-abu putih.

Cindy seorang pelajar SMA.

Kesimpulan : Cindy pasti memakai seragam abu-abu putih.

b. Menarik kesimpulan dari dua premis

Contoh :

Premis I : Angkatan Darat adalah anggota TNI

Premis II : TNI mempunyai seragam khusus

Kesimpulan : Angkatan darat pasti mempunyai seragam khusus.

Kesimpulan yang kita utarakan harus dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan. Ada 2 syarat yang harus dipenuhi dalam penarikan kesimpulan tersebut yaitu :

1) Premis harus benar

2) Penalaran yang menuju pada kesimpulan harus benar.

KATA BAKU,TIDAK BAKU DAN SERAPAN

Kata Baku adalah kata-kata yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pedoman yang digunakan adalah, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ejaan Yang Disempurnakan, Pedoman Pembentukan Istilah, dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Sedangkan bahasa yang tidak mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia disebut bahasa tidak baku. Pembakuan kata­ kata juga berlaku untuk istilah dan kata serapan (kata yang berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah) bunyi dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.

Fungsi bahasa baku adalah sebagai pemersatu, fungsi pemberi kekhasan, fungsi pembawa kewibawaan, dan fungsi sebagai kerangka acuan. Dalam kenyataannya bahasa baku tidak dapat dipergunakan dalam segala situasi. Dengan demikian, bahasa baku hanya dapat dipergunakan dalam situasi resmi, wacana teknis, pembicaraan di depan umum (formal), dan pembicaraan dengan orang yang dihormati.

Ciri-ciri ragam bahasa baku adalah:

1. kemantapan dinamis

Kaidah dan aturannya tetap dan tidak dapat berubah.

2. kecendikian

Wujud dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa yang lain mengungkapkan penalaran yang teratur.

3. keseragaman kaidah

Kebakuan bahasa bukan penyarnaan ragam bahasa, melainkan penyamaan kaidah.

Contoh :

No.

Kata Baku

Kata Tidak Baku

Keterangan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

apotek

atlet

praktik

nasihat

misi

sistem

terampil

hierarki

kedelai

ekstra

apotik

atlit

praktek

nasehat

missi

sistim

trampil

hirarki

kedele

ektra, extra

serapan

serapan

serapan

serapan

KALIMAT UTAMA DAN KALIMAT PENJELAS

Kalimat utama adalah kalimat di dalam paragraf yang mengungkapkan pikiran utama. Kalimat ini berisi masalah atau kesimpulan sebuah paragraf. Berdasarkan letak kalimat utamanya paragraf dibagi tiga, yaitu :

1. Paragraf Deduktif

a. Letak kalimat utama di awal paragraf

b. Dimulai dengan pernyataan umum disusun dengan uraian atau penjelasan khusus.

2. Paragraf Induktif

a. Letak kalimat utama di akhir paragraf

b. Diawali dengan uraian atau penjelasan dan diakhiri dengan pernyataan umum

3. Paragraf Campuran (Deduktif-Induktif)

a. Letak kalimat utama di awal dan di akhir paragraf

b. Kalimat utama yang terletak di akhir bersifat penegasan kembali dengan susunan kalimat yang berbeda.

Kalimat penjelas ialah kalimat yang berisi penjelasan terhadap hal yang dinyatakan dalam kalimat utama atau berisi hal-hal yang bersifat khusus. Kalimat ini merupakan bagian dari paragraf atau alinea yang berisi pikiran penjelas.

KATA ULANG

Proses pengulangan (reduplikasi) adalah pengulangan satuan gramatik atau suatu bentuk kata, baik seluruhnya maupun sebagian baik disertai variasi fonem maupun tidak. Hasil proses pengulangan adalah kata ulang.

1. Prinsip Dasar Pengulangan

a. Selalu mempunyai dasar yang diulang.

b. Pengulangan tidak akan mengubah jenis (kelas kata).

Contoh :

Rumah-rumah (KB) : bentuk dasarnya rumah (KB)

c. Bentuk dasar dan pengulangan itu selalu berupa satuan yang bersifat gramatis artinya selalu berupa satuan kebahasaan yang terdapat dalam penggunaan bahasa.

Contoh :

Kekanak-kanakan bentuk dasarnya kekanakan bukan kekanak

2. Macam-macam Kata Ulang

a. Kata Ulang Seluruhnya (penuh atau dwilingga)

Kata ulang seluruhnya adalah pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan tidak berkom­binasi dengan proses pembubuhan afiks. Hasilnya kata ulang sempurna.

Contoh:

buku-buku

b. Kata Ulang Sebagian

Kata ulang sebagian adalah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya.

Contoh:

menulis-nulis : bentuk dasarnya menulis

c. Kata Ulang Berimbuhan (pembubuhan afiks)

Kata ulang berimbuhan adalah pengulangan yang terjadi bersama-sama dengan pembubuhan afiks dan sekaligus secara bersama-sama membentuk satu fungsi. Dengan kata lain, bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkom­binasi dengan proses pembubuhan afiks.

Contoh :

kereta → kereta-kereta → kereta-­keretaan

d. Kata Ulang dengan Perubahan Fonem (berubah bunyi atau dwi lingga salin suara)

Kata ulang berubah bunyi adalah pengulangan yang salah satu unsur yang diulang itu berubah bunyi.

Contoh :

Gerak-gerik → kata ulang berubah bunyi vokal

e. Kata Ulang Dwipurwa (pengulangan atas suku kata awal)

Bentuk ulang ini vokal dari suku kata awal mengalami pelemahan dan bergeser ke posisi tengah menjadi e (pepet).

Contoh :

tanam-tanaman → tatanaman → tetanaman

3. Makna Kata Ulang

a. menyatakan banyak tak tentu

Contoh : Sapi-sapi di kandang itu sedang diberi makan.

b. menyatakan banyak dan bermacam-macam

Contoh : Membeli buah-buahan di pasar harganya lebih murah.

c. menyatakan menyerupai

Contoh : Daffa senang bermain mobil-mobilan dari balok kayu.

d. menyatakan agak (melemahkan)

Contoh :Walaupun sudah dewasa, orang itu masih kekanak-kanakan.

e. menyatakan intensitas

Contoh: Pukullah dia kuat-kuat ( intensitas kualitatif)

f. menyatakan resiprokal

Contoh : Kedua anak itu sedang berkejar-kelaran di taman.

g. menyatakan anti seperti pada bentuk dasamya (hal)

Contoh : SMKK I Yogyakarta menyelenggarakan kursus masak-memasak untuk remaja.

h. menyatakan perbuatan seenaknya

Contoh : Lelaki itu santai-santai di beranda rumahnya.

i. menyatakan paling (superlatif)

Contoh : Untuk dapat dicacat MURI, wanga Kaliurang membuat ‘Wajik’ sebesar-besarnya.

j. menyatakan kumpulan

Contoh : Kerjakan tugas ini secana kelompok, masing­-masing anak lima-lima.

k. menyatakan walaupun

Contoh : Panas-panas begini, dia tetap bertahan.

l. menyatakan selalu

Contoh : Mereka-mereka memang tidak dapat diharapkan.

KATA PENGHUBUNG

Kata penghubung adalah kata tugas yang menghubungkan antar klausa, antar kalimat, dan antar paragraf. Kata penghubung antar klausa biasanya terletak di tengah-tengah kalimat, sedangkan kata penghubung antar kalimat di awal kalimat (setelah tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya), dan kata penghubung antar paragraf letaknya di awal paragraf

Macam-macam kata penghubung dan fungsinya :

1. Kata Penghubung Aditif (gabungan)

Kata Penghubung aditif (gabungan) adalah konjungsi koordinatif yang berfungsi menggabungkan dua kata, frasa, klausa, atau kalimat dalam kedudukan yang sederajat, misalnya : dan, lagi, lagi pula, dan serta.

2. Kata Penghubung Pertentangan

Kata penghubung pertentangan merupakan konjungsi koordinatif yang menghubungkan dua bagian kalimat yang sederajat dengan mempententangkan kedua bagian tersebut. Biasanya bagian yang kedua menduduki posisi yang lebih penting daripada yang pertama, misalnya : tetapi, akan tetapi, melainkan, sebaliknya, sedangkan, padahal, dan namun.

3. Kata Penghubung Disjungtif (pilihan)

Kata penghubung pilihan merupakan konjungsi koordinatif yang menghubungkan dua unsur yang sederajat dengan memilih salah satu dari dua hal atau lebih, misalnya: atau, atau....atau, maupun, baik...baik..., dan entah...entah...

4. Kata Penghubung Temporal (waktu)

Kata penghubung temporal menjelaskan hubungan waktu antara dua hal atau peristiwa. Kata-kata konjungsi temporal berikut ini menjelaskan hubungan yang tidak sederajat, misalnya : apabila, bila, bilamana, demi, hingga, ketika, sambil, sebelum, sampai, sedari, sejak, selama, semwnjak, sementara, seraya, waktu, setelah, sesudah, dan tatkala. Sementana konjungsi berikut ini menghubungkan dua bagian kalimat yang sederajat, misalnya sebelumnya dan sesudahnya.

5. Kata Penghubung Final (tujuan)

Konjungsi tujuan adalah semacam konjungsi modalitas yang menjelaskan maksud dan tujuan suatu penistiwa, atau tindakan. Kata-kata yang biasa dipakai untuk menyatakan hubungan ini adalah : supaya, guna, untuk, dan agar.

6. Kata Penghubung Sebab (kausal)

Konjungsi sebab menjelaskan bahwa suatu peristiwa terjadi karena suatu sebab tertentu. Bila anak kalimat ditandai oleh konjungsi sebab, induk kalimat merupakan akibatnya. Kata-kata yang dipakai untuk menyatakan hubungan sebab adalah sebab, sebab itu, karena, dan karena itu.

7. Kata Penghubung Akibat (konsekutif)

Konjungsi akibat menjelaskan bahwa suatu peristiwa terjadi akibat suatu hal yang lain. Dalam hal ini anak kalimat ditandai konjungsi yang menyatakan akibat, sedangkan peristiwanya dinyatakan dalam induk kalimat. Kata-kata yang dipakai untuk menandai konjungsi akibat adalah sehingga, sampai, dan akibatnya.

8. Kata Penghubung Syarat (kondisional)

Konjungsi syarat menjelaskan bahwa suatu hal dapat terjadi bila syarat-syarat yang disebutkan itu dipenuhi. Kata­ kata yang menyatakan hubungan ini adalah jika, jikalau, apabila, asalkan, kalau, dan bilamana.

9. Kata Penghubung Tak Bersyarat

Kata penghubung tak bersyarat menjelaskan bahwa suatu hal dapat terjadi tanpa perlu ada syarat-syarat yang dipenuhi. Kata-kata yang termasuk dalam konjungsi ini adalah walaupun, meskipun, dan biarpun.

10. Kata Penghubung Perbandingan

Kata penghubung perbandingan berfungsi menghubung­kan dua hal dengan cara membandingkan kedua hal itu. Kata­ kata yang sering dipakai dalam konjungsi ini adalah sebagai, sebagaimana, seperti, bagai, bagaikan, seakan-akan, ibarat, umpama, dan daripada.

11. Kata Penghubung Korelatif

Konjungsi korelatif menghubungkan dua bagian kalimat yang mempunyai hubungan sedemikian rupa sehingga yang satu langsung mempenganuhi yang lain atau yang satu melengkapi yang lain. Dapat juga dikatakan bahwa kedua kalimat mempunyai hubungan timbal-balik. Kata-kata yang yang menyatakan konjungsi ini adalah semakin ….. . semakin, kian .. . kian...,bertambah ... bertambah . . , tidak hanya…….,tetapi juga..., sedemikian rupa..., sehingga..., baik..., dan maupun.

12. Kata Penghubung Penegas (menguatkan atau intensifikasi)

Konjungsi ini berfungsi untuk menegaskan atau meningkas suatu bagian kalimat yang telah disebut sebelumnya. Termasuk di dalam konjungsi hal-hal yang menyatakan rincian. Kata-kata yang tenmasuk dalam konjungsi ini adalah bahkan, apalagi, yakni, yaitu, umpama, misalnya, ringkasnya, dan akhirnya.

13. Kata Penghubung Penjelas (penetap)

Konjungsi penjelas berfungsi menghubungkan bagian kalimat terdahulu dengan perinciannya. Contoh kata dalam konjungsi ini adalah bahwa.

14. Kata Penghubung Pembenaran (konsesif)

Konjungsi pembenaran adalah konjungsi subondinatif yang menghubungkan dua hal dengan cara membenarkan atau mengakui suatu hal, sementara menolak hal yang lain yang ditandai oleh konjungsi tadi. Pembenanan dinyatakan dalam klausa utama (induk kalimat), sementara penolakan dinyatakan dalam anak kalimat yang didahului oleh konjungsi seperti, meskipun, walaupun, biar, biarpun, sungguhpun, kendatipun, dan sekalipun.

15. Kata Penghubung Urutan

Konjungsi ini menyatakan urutan sesuatu hal. Kata-kata yang termasuk dalam konjungsi ini adalah mula-mula, lalu, dan kemudian.

16. Kata Penghubung Pembatasan

Kata penghubung ini menyatakan pembatasan terhadap sesuatu hal atau dalam batas-batas mana perbuatan dapat dikerjakan, misalnya kecuali, selain, dan asal.

17. Kata Penghubung Penanda

Kata penghubung ini menyatakan penandaan terhadap sesuatu hal. Kata-kata yang ada dalam konjungsi ini adalah misalnya, umpama, dan contoh. Konjungsi lain yang masih merupakan konjungsi penanda yaitu konjungsi penanda pengutamaan. Contoh kata-kata konjungsi ini adalah yang penting, yang pokok, paling utama, dan terutama.

18. Kata Penghubung Situasi

Kata penghubung situasi menjelaskan suatu perbuatan terjadi atau berlangsung dalam keadaan tertentu. Kata-kata yang dipakai dalam konjungsi ini adalah sedang, sedangkan, padahal, dan sambil.